Qashash Al Qurán
Qashash Al-Qur'an
A. Pengertian Qashash
al-Qur'an
Qashash
Al-Qurán secara etimologi merupakan kata yang tersusun dari dua kalimat yang
berasal dari bahasa arab, yakni dari kata Qashash dan al-Qur'an. Kata qashash
merupakan jamak dari qishshah yang berarti kisah, cerita, atau hikayat. Kalimat
qishash bentuk plural dari kata qish-shah, apabila disambung dengan al-Qur'an
maka boleh dibaca qashash atau qishash, maka menjadi qashashul Qur'an atau
Qishashul Qur'an, kedua-duanya dalam bahasa Indonesia berarti kisah-kisah
al-Qur'an.
Kata
kisah mempunyai persamaan makna dalam bahasa arab dengan lafaz sejarah, tarikh,
sirah, dan atsar, akan tetapi kata-kata itu tidak terdapat dalam al-Qur'an,
hanya kata kisalı yang dipakai al-Qur'an setelah menceritakan suatu rangkaian,
baik itu kisah Nabi dengan umatnya maupun kisah-kisah lainnya. Maka kisah
secara bahasa mempunyai banyak arti ada yang artinya mengikuti jejak, berita
yang berurutan dan urusan, berita, perkara, dan keadaan Jadi, dari keterangan
kata kisah menurut bahasa, dapatlah dikatakan bahwa kisah al- Qur'an adalah
kisah-kisah yang tedapat dalam al-Qur'an.
Qashash
Al- Qur'an adalah ilmu yang membahas kisah-kisah yaitu jejak jejak umat dan
nabi terdahulu serta peristiwa peristiwa yang telah terjadi di dalam
al-qura'an. Di dalam al- qur'an banyak mengandung pelajaran tentang kejadian
masa lalu seperti kisah para nabi yang mengandug dakhwah serta mukzijat untuk
memperkuat atau memperkokoh dakhwahnya.
Kisah
yang berhubungan dengan peristiwa yang terjadi pada masa lalu al- qur'an
tentang ihwal umat yang telah lalu, nubuwat (kenabian) yang terdahulu dan peristiwa
yang telah terjadi banyak mengandung keterangan kejadian pada masa lalu,
sejarah bangsa bangsa, keadaan negeri dan peninggalan jejak setiap umat. Al
qur'an menceritakan dengan secara menarik dan sempurna. Secara umum qashash
mencakup beberapa macam dan tinjauan dari segi waktu, materi, pelaku,
kronologi, atau peristiwa dan hikmahnya.
B. Pengertian
Terminologi
Imam
Fakhruddin al-Razi mendefinisikan kisahal-Qur'an sebagai kumpulan perkataan-
perkataan yang memuat petunjuk yang membawa manusia kepada hidayah agama Allah
dan menunjukkan kepada kebenaran serta memerintahkann untuk mencari sebuah
keselamatan. Ada juga yang mendefinisikan dengan pemberitaan al-Qur'an tentang
hal ihwal umat yang telah lalu, Nubuwat/Kenabian yang terdahulu, dan peristiwa-peristiwa
yang telah terjadi.
Sementara
yang lain seperti Quraish Shihab dalam buku Kaidah Tafsirnya mengatakan bahwa
kisah al-Qur'an adalah menelusuri peristiwa atau kejadian dengan jalan menyampaikan
atau menceritakannya tahap demi tahap sesuai dengan kronologi kejadiannya, Musa
Syahin Lasin mendefinisikan dengan cerita-cerita al-Qur'an tentang keadaan umat-umat diam para
Nabi-Nabi terdahulu, serta kejadian-kejadian nyata lainnya
Dari
beberapa definisi di atas, bahwasannya kisah al-Qur'an itu informasi dari al Qur'an yakni dari Allah yang
terdapat dalam al-Qur'an untuk seluruh manusia yang man menjadikan al-Qur'an
petunjuk hidup, informasi itu tentang kisah umat-umat terdahulu, tentang
kenabian, orang-orang yang tidak dapat dipastikan apakah mereka dari golongan
Nabi atau orang-orang pilihan, juga menceritakan tentang peristiwa-peristiwa
yang lama terjadi termasuk peristiwa- peristiwa yang pernah terjadi pada masa
Nabi Muhammad, jadi kisah al- Qur'an itu berisi pelajaran bagi manusia untuk
membawa kepada petunjuk agama yang akhirnya manusia sampai kepada jalan
keselamatan dunia akhirat.
C. Macam macam Kisah Dalam al-Qur'an
Nur
Faizin membagi kisah al-Qur'an terdiri dari beberapa bentuk, demikian juga
Muhammad Chirzin dalam bukunya al-Qur'an dan "Ulumul Qur'an, yaitu
1.
Kisah para Nabi terdahulu. Kisah
mengandung informasi mengenai dakwah mereka kepada kaumnya, mukjizat-mukjizat
yang memperkuat dakwahnya, sikap orang-orang yang memusuhinya, tahapan-tahapan
dakwah dan perkembangannya serta akibat-akibat yang diterima oleh mereka yang
mempercayai dan golongan yang mendustakan syariat yang dibawa Nabi mereka,
seperti kisah Nabi Nuh, Hud, Shaleh, Nabi Isa dan Nabı-Nabi yang lainnya.
2.
Kisah-kisah yang menyangkut
pribadi-pribadi yang bukan termasuk Nabi dan golongan- golongan dengan segala
kejadiannya yang dinukil oleh Allah untuk dijadikan pelajaran, seperti kisah
Maryam, Dzulqarnain, Lukmanul Hakim, dan Ashabul Kahfi.
3.
Kisah yang menyangkut
peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa Rasulallah, seperti perang Badar,
Uhud, Ahzab, dan perang Bani Nadzir.
D. Faedah Qashash Al-
Qur'an
Diantara
faedah faedah dari kisah atau Qashash al-qur'an ialah,
1.
Menjelaskan asas asas dakwah menuju
Allah Swt dan menjelaskan pokok pokok syariat yang dibawa oleh para nabi, pada
QS. Al Anbiya ayat 25 telah menjelaskan :
“Dan
kami tidak mengutus seorang Rosul pun sebelum engkau (Muhammad), melainkan kami
wahyukan kepadanya bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Aku,
maka sembahlah Aku."
2.
Meneguhkan hati Rasulullah dan hati umat
Muhammad atas agama Allah, memperkuat kepercayan orang mukmin tentang menangnya
kebenaran dan para pendukungnya serta hancurnya kebatilan dan para pembelanya.
3.
Membenarkan para nabi terdahulu,
menghidupkan kenangan terhadap mereka mengabdikan jejak peninggalannya,
4.
Menampakan kebenaran Muhammad dalam dakwah
dengan apa yang diberitakanya ikhwal orang orang terdahulu di sepanjang kurun
dan generasi.
5.
Menyibak kebohongan para ahli kitab
dengan hujjah (dalil atau dasar pemikiran) yang membeberkan keterangan dan
petunjuk mereka sembunyikan dan menentang mereka sebelum kitab itu di ubahnya.
As-Syeikh Muhammad Abduh (pelopor visi dan paradigma nasional kompromi antara
islam dengan peradaban barat) berpendapat bahwa tidak perlu memadukan antara
cerita yang ada dalam al qur'an denga isi kitab Bani Israel atau kitab sejarah
kuno. Menurutnya al-qur'an bukanlah catatan sejarah. Bukan sebagai kisah atau
dongeng, akan tetap merupakan petunjuk dan peringatan sehingga hal hal yang di
ungkapkan dalam al qur'an diharap menjadi pelajaran dan menjelaskan sunah sunah
kemasyarakatan
6.
Kisah termasuk salah satu bentuk sastra
yang menarik perhatian para penggemar dan memantapkan pesan pesan yang
terkandung di dalamnya ke dalam jiwa. Firman Allah pada QS. Yusuf ayat 11,
“
Sesungguhnya pada kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang orang yang berakal “
Salah satu tujuan Allah
menyampaikan kisah adalah agar manusia mau berfikir dan mengambil ibrah. Kisah
dalam al-Qur'an bukanlah suatu cerita yang hanya bernilai sastra yang sangat
tinggi saja, tetapi juga merupakan salah satu media untuk mewujudkan tujuannya,
sedangkan tujuan pokok darı kisah al-Qur'an adalah pencapaian hidayah Allah
bagi manusia, agar manusia mau belajar dari kisah tersebut dan mendapat hidayah
dari Allah SWT.
firman Allah: QS. Hud:
120 31 QS. Ali Imran: 93
"Sesungguhnya pada
kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai
akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan
(kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai
petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman"
E. Hikmah Pengulangan
kisah
Dalam al-Qur'an akan
dijumpai pengulangan kisah, tetapi kisah yang berulang itu disajikan dalam
bentuk yang berbeda-beda, terkadang disatu tempat ada bagian-bagian tertentu
yang didahulukan dari sebuah kisah dan ditempat lainnya diakhirkan, dan ada
juga suatu kisah dalam satu tempat diceritakan dalam bentuk yang sangat singkat
tetapi ditempat lain muncul lagi kisah yang sama dalam bentuk yang lebih pajang
uraiannya sehingga lebih lengkap lagi infomasi dari sebuah kisah yang
dikemukakan al-Qur'an. Tentu Allah tidak mengulang kisah tanpa memiliki hikmah
tertentu. Pengulangan itu mengandung multi fungsi dan misi, antara lain sebagai
berikut:
1.
Menguatkan kesadaran atau ingatan
terhadap subtansi kisah tersebut.
2.
Pengulangan kisah itu merupakan salah
satu bentuk kemukjizatan al- Qur'an, karena pengulangan kisah yang sama dalam
berbagai kesempatan dengan gaya bahasa dan misi yang berlainan sulit bahkan
mustahil dilakukan oleh manusia biasa.
3.
Sahabat Nabi yang baru masuk Islam bisa
mendengar lansung penjelasan Rasul ketika ayat qashash diturunkan kesekian
kalinya, karena mungkin mereka belum mendengar kisah itu saat turun ayat
qashash sebelumnya.
4.
Minimnya orang yang hafal seluruh
al-Qur'an, dengan adanya pengulangan kisah barangkali orang yang hanya hafal
satu surat bisa memahami lebih mudah surat lain yang memuat kisah yang sama.
5.
Terkadang qashash tidak dikisahkan
sekaligus sempurna dengan alur maju, tetapi diceritan potongan kisah dibeberapa
tempat yang berbeda sesuai konteksnya, agar tidak melelahkan sekaligus
memperjelas misi.
6.
Kisah yang diceritakan al-Qur'an secara
terpisah dapat dijadikan pelajaran oleh umat Islam secara umum, sesuai dengan
ragam problema yang dihadapi, sekaligus disesuaikan dengar tingkat strata
pemahaman, strata sosial, atau strata ilmiah yang berbeda.
Sebenarnya
banyak sekali hikmah dari pengulangan kisah al-Qur'an, seperti lainnya lagi
untuk menunjukkan kebalaghaan al-Qur'an dalam tingkat yang sangat tinggi menunjukkan
kehebatan mukjizat al-Qur'an, dan perbedaan tujuan yang karenanya kisah itu
diungkapkan. Dari penjelasan di atas terlihat bahwa suatu kisah itu sebenarnya
berulang-ulang tetapi berlainan makna yang ingin disampaikannya, satu kisah
diungkapkan disuatu tempat untuk menyampaikan makna tertentu dan ditempat lain
makna baru lagi, karena suatu kisah itu mempunyai banyak makna dan buah hikmah
yang ingin disampaikan.
Hubungan Qhashash
Al-Qur'an Dan Israilliyat
Pada masa Rasolullah hidup,
para sahabat manakala menemukan kesulitan dalam memahami suatu ayat di dalam
al-Qur'an mereka langsung bertanya kepada Rasul Kemudian Rasul menjawabnya dan memberikan
penjelasan terhadap makna kandungan ayat tersebut Penafsiran al-Qurán pada masa
Rasul adalah penjelasan secara langsung oleh beliau sendiri, karena orang yang
memahami Al-Quran adalah Rasullullah Keadaan ini berlangsung sampai Rasul
wafat.
Ketika
Rasul wafat, para sahabat banyak menemukan kesulitan dalam memahami suatu ayat.
Sumber penafsiran pada masa sahabat yaitu mereka menggunakan al- Qur'an dan
Hadits Rasul, mereka juga menanyakan kepada sahabat yang terlibat langsang serta
yang memahami ayat tersebut. Apabila hal tersebut tidak ditemukan, mereka
melakukan ijtihad yaitu yang dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai
kapasitas intelektual dan juga harus memenuhi syarat-syarat tertentu
Sedangkan
sumber penafsiran pada masa tabi'in adalah dengan menggunakan al Qur'an, Hadits
Rasul yaitu apa yang diriwayatkan Sahabat dari Rasullulah, dari apa yang
diriwayatkan sahabat dari tafsir mereka dan melakukan ijtihad yang berdasarkan
al-Qur'an dan hadits Dan juga mengambil dari Ahli kitab yang berdasarkan kitab
mereka. Selain mereka bertanya kepada sahabat, mereka juga menanyakan beberapa
masalah, seperti kisah-kisah yang tercantum dalam al-Qur'an dan kisah-kisah
umat terdahulu kepada tokoh-tokoh Ahli Kitab yang telah memeluk Islam yaitu
orang Yahudi dan Nasrani. Hal inilah yang kemudian menjadi awal lahirnya
Israiliyat
Ditinjau
dari segi bahasa, kata İsrailiyat bentuk jamak dari kata isräilyyät berarti
Hamba Tuhan, yaitu nama lain darı Nabi Yaqub As. Ungkapan Bani Israil dalam
al-Qur'an seperti dalam surat al-Maidah : 78, al-Isra 2 dan 4, juga al-Naml: 76
merujuk pada keturuan Nabi Yaqub yang kemudian dikenal dengan nama Yahudi.
Dalam sejarah disebut bahwa Nahi Ya qub dikaruniai 12 orang anak, salah satu
putranya yang menonjol bernama Yahuda yang kemudian dijadikan sebutan bagi
keturunan Nabi Ya'qub.
Sementara
dari pengertian secara terminologi israiliyat adalah pengetahuan yang berasal
dari Yahudi dan Nasrani yang terdapat dalam kitab Injil, penjelasan-penjelasan
injil, kisah-kisah para Nabi, dan yang lainnya. Ada juga yang mengatakan bahwa
israiliyat adalah pengaruh kebudayaan yahudi dan Nasrani terhadap tafsir.
Kaum
yahudi bukan hanya kitab taurat, akan tetapi ada nash-nash dan teks-teks
lainnya yang tidak ditulis yang terdapat pada masa Nabi Musa akan tetapi
melalui musyafahah, sehingga didapatilah kisah-kisah, sejarah-sejarah, tasyri
cerita-cerita dan lain sebagainya. Kisah israiliyat sering masuk kedalam
penafsiran ketika al-Qur'an berbicara tentang kisah dalam al-Qur'an.
Menurut
Muhammad Husein Adz-Dzahabi, macam-macam cerita israiliyat itu terbagi menjadi
tiga yaifu cerita israiliyat yang shahih, itu boleh diterima. Seperti nama guru
Nabi Musa a.s yaitu Nabi Khidir, israiliyat yang dusta yang kita ketahui kedustaannya
karena bertentangan dengan syari'at, maka itu ditolak tidak boleh diterima, israiliyat
yang tidak diketahui kebenaran dan kepalsuannya, itu didiamkan, tidak
didustakan dan juga tidak dibenarkan. Jangan mengimaninya dan jangan pula
membohongkannya. Sebagaimana Sabda Nabi
“Janganlah
kamu membenarkan (keterangan) Ahli Kitab dan jangan pula mendustakannya. Tetapi
katakanlah Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada
kami” (HR. Bukhari)
Seperti
nama-nama ashabul kahfi, warna anjing mereka, tongkat nabi Musa dari pohon apa,
nama burung yang dihidupkan Allah kepada Nabi Ibrahim, nama sapi yang dipukul
oleh Bani Israil dan lain sebagainya.
Memberikan
pelajaran dan peringatan merupakan tujuan darı kısah al-Qur'an, tetapi kisah di
dalam al-Qur'an bukanlah kisah yang disebut secara terperinci, hanya
menyebutkan pembelajaran global atau menyebutkan bagian tertentu sesuai dengan
kebutuhan, sebagaiman kisah penciptaan alam raya yang tidak diceritakan secara
mendetail dan proses pewahyuan, bagaimana asal mulanya, kapan penciptaan
tersebut dan proses selanjutnya.
Kemunculan
kisah Qur'an seperti itu membuat seseorang merasa ingin mengetahui perincian
peristiwa yang lebih detail lagi. Maka dengan rasa keinginan tahu yang tinggi
untuk mengetahui suatu cerita dalam al-Qur'an dengan lebih rinci lagi
sebagaimana sebuah novel atau sejarah yang diceritakan, akhirnya mencari sumber
lain selain al-Qur'an dan sunnah Rasulallah. Meskipun mendetail tidak begitu
urgen, sebab ia bukanlah tuntunan agama, karena Islam hanya memerintahkan untuk
mempercayai dan meneladani semua yang termaktub dalam al-Qur'an tanpa
berpantasi atau mengarang sesuatu yang tidak jelas kebenarannya
Bila
dihayati, kisah Qur'an yang global sudah cukup menjadi petunjuk bagi kehidupan manusia,
karena kisah tersebut memuat hal-hal penting atau subtansi sebuah kisah yang
lengkap dan detail, bahkan terkadang menceritakan sebuah kisah secara rinci
malah sering mengaburkan subtansi pesan kisah yang ingin dicapai. Dengan rasa
ingin tahu yang kuat terhadap rincian kisah al- Qur'an, merupakan factor
masuknya kisah-kisah israiliyat dalam penafsiran al-Qur'an
E. Pengaruh Kisah kisah
Al- Qur'an Terhadap Akhlak dan Pendidikan
Al-qur'an
kitab Allah yang menaklukan dunia dalam waktu dua puluh tiga tahun, membuat
gunung gunung, langit dan bumi tunduk gemetar tiada sanggup mengembannya.
Al-qur'an adalah amanat yang dibebankan kepada manusia untuk melestarikan dan mengharmoniskan
kehidupan di dunia dan memperoleh kebahagiaan sejati yang abadi di akhirat
kelak. Kisah kisah dalam al-qur'an yang menjadi referensi utama bagi umat
manusia, kisah al-qur'an bermanfaat yang berbudi pekerti luhur dan memiliki
aqidah tauhid. Dalam dunia Pendidikan pola Pendidikan yang hanya menggunakan
metode ceramah secara monolog tentu sangat membosankan bagi peserta didik
pemula.
Kisah
kisah al-qur'an pembentuk jiwa yang mentauhidkan Allah Swt "faqshush al
qashash la'allahum yatafakkarun" maka kisahkanlah kisah-kisah agar mereka
berpikir. Seorang pendidik harus mampu memberikan variasi metode pembelajaran
dengan menyisipkan berbagai kisah dan cerita yang relevan dengan kompetisi dan
materi pembelajaran.
Kisah
juga media yang efektif untuk memberikan peringatan kepada peserta didik agar
tidak terjerumus dalam berbagai kemaksiatan maupun kejahatan. Dengan satu
cerita atau kisah peserta didik akan mendapat sentuhan nilai nilai yang akan
berpengaruh terhadap karakternya.
Seorang
pendidik dapat menjadikan kisah sebagai metode alternatif bagi pembentukan jiwa
peserta didik terutama dalam ranah afektif dan psikomotorik. Pendidik dapat
menempatkan kisah atau cerita dalam proses pembelajaran.
Comments
Post a Comment